Author: David Cornelis
Business Management Consultant with a penchant for Innovative Startups, Entrepreneurial SMEs, and Strategic Investment.
Sektor properti diproyeksikan akan segera membaik dan dapat bertumbuh di tahun depan seiring dengan membaiknya perekonomian domestik Indonesia didukung adanya berbagai implementasi deretan paket kebijakan pemerintah yang sudah 7x dirilis yang memiliki fokus pada peningkatan daya saing industri, percepatan proyek-proyek strategis nasional, dan pendorong investasi riil di sektor properti. Faktor pemicu membaiknya ekspektasi pertumbuhan tersebut adalah adanya deregulasi sejumlah kebijakan ekonomi yang terkait dengan properti seperti penyederhanaan perizinan, percepatan waktu urus dan pemangkasan biaya sertifikasi lahan, penyesuaian suku bunga rendah dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta keringanan perpajakan.
Setelah 1 tahun pemerintahan Jokowi, realisasi Program Sejuta Rumah untuk mengatasi kekurangan rumah yang saat ini sudah mencapai 17,2 juta unit terlihat pasif, hingga saat ini baru sekitar separuhnya yang selesai. Rumah subsidi yang menyasar masyarakat berpenghasilan rendah hingga Oktober 2015 baru sebanyak 512 ribu unit yang telah dibangun. Koordinasi lintas pemerintahan untuk menata ulang sistem dan regulasi di sektor properti menjadi faktor penentu suksesnya program tersebut. Di lain sisi, pemerintah juga sudah meningkatkan anggaran subsidi pembangunan rumah dengan alokasi dana yang naik menjadi Rp9,3 triliun.
Tingginya suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan juga masih menjadi perhatian tersendiri terkait pembiayaan untuk perumahan. Adapun pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor properti mengalami perlambatan, terjadi pada kredit konstruksi, real estat, serta KPR, pada September 2015 tercatat Rp607 triliun. Walaupun Bank Indonesia telah menurunkan batas uang muka untuk KPR pertama menjadi 15-20% pada Juni 2015 lalu, hingga akhir Oktober 2015, suku bunga KPR perbankan masih relatif tinggi di atas 8,5%. Tingginya suku bunga berdampak langsung pada pertimbangan calon konsumen yang ingin membeli rumah, karena KPR masih menjadi pilihan utama untuk membeli rumah.
Harga properti di Indonesia tumbuh rata-rata 5,95% pada kuartal II tahun ini. Lokasi dengan beragam akses dan dukungan infrastruktur yang terintegrasi merupakan salah satu kriteria prospek suatu properti, khususnya kawasan hunian vertikal yang dilengkapi dengan pusat kegiatan bisnis, pendidikan, kesehatan, serta hiburan. Adapun semua sektor properti komersial seperti perkantoran, ritel, apartemen dan hotel tetap tumbuh hingga area luar kota.
Pertumbuhan properti secara umum mengalami tren perlambatan, namun oportuniti tetap terbuka. Tangerang masih menjadi sasaran konsumen properti selain Jakarta, diikuti Depok, Bogor, dan Bekasi. Kenaikan harga tertinggi terjadi di daerah Serpong, Puri Indah, Kembangan, dan Bintaro. Untuk ibu kota, Jakarta Selatan masih menjadi lokasi favorit, selain Barat, dan Timur. Prospek pasar properti tumbuh juga di kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, Medan, dan Palembang, terutama karena tumbuhnya permintaan baru terkait dengan berkembangnya sektor pariwisata, industri kreatif, dan eksplorasi sumber daya alam.
Pengembangan infrastruktur yang terintegrasi juga ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan properti, seperti jalan tol dan jaringan rel kereta api berbasis konektivitas transportasi publik mampu mengubah peta bisnis dan prospek industri serta daya tahan sektor properti secara signifikan. Indonesia akan menambah 1.060 kilometer jalan tol hingga 2019 mendatang berbarengan dengan Jalan Nasional sepanjang 2.600 kilometer, dan Jalan Tol Trans-Jawa.
Digenjotnya pembangunan infrastruktur ini untuk mendorong berputarnya sektor properti dan roda perekonomian Indonesia agar ikut bergerak ke tingkat yang lebih cepat. Pertumbuhan akan semakin positif di tahun depan seiring besarnya permintaan pasar, di samping sisi suplai masih belum memadai. Sektor properti adalah industri strategis, karena itu pemerintah harus lebih rinci dalam mengeluarkan paket kebijakan dan tidak membuat kebijakan-kebijakan baru yang justru kontraproduktif terhadap properti.
Business Management Consultant with a penchant for Innovative Startups, Entrepreneurial SMEs, and Strategic Investment.
Subscribe to my newsletter! Get FREE RESOURCES to grow and expand your business